makalah

Model Desain Sistem Pembelajaran Berorientasi Pencapaian Kompetensi (DSI-PK)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini banyak kasus-kasus yang menyangkut kualitas dunia pendidikan di Indonesia, salah satu contohnya adalah kasus tentang anjloknya hasil UAN di kota Yogyakarta. Hal ini sangat memprihatinkan jika dibandingkan dengan kenyataan bahwa kota Yogyakarta terkenal sebagai kota pelajar.Banyak pertanyaan yang muncul dan asumsi yang mencuat tentang penyebab dan solusi apakah yang terbaik agar masalah tersebut dapat diatasi, karena dampak dari kegagalan atau anjloknya hasil UAN tersebut cukup menghawatirkan.
Beberapa penyebab dari munculnya kasus-kasus didunia pendidikan dapat berasal dari berbagai faktor, bisa dari sistem pendidikan, proses pembelajaran, penggunaan media dan metode yang kurang representatif, model pembelajaran yang diterapkan, kompetensi pendidik, dan bisa dari peserta didik itu sendiri.
Untuk itu perlu solusi yang tepat untuk mengatasi munculnya kasus-kasus pendidikan di Indonesia pada khususnya. Jika kita menyoroti penerapan rancangan kurikulum yang diterapkan oleh pendidik sedikit banyak yang tidak sesuai dengan tujuan awal perencanaan kurikulum tersebut, salah satunya adalah KBK dan KTSP, yang merupakan suatu model desain sistem pembelajaran berorientasi pencapaian kompetensi (DSI-PK), sehingga perlu suatu penjelasan tentang hal tersebut.
Dalam makalah ini akan dibahas beberapa hal tentang model pembelajaran DSI-PK, yang diharapkan dapat memberi solusi bagi dunia pendidikan.B. Tujuan
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk:
1. Memenuhi tugas mata kuliah perencanaan pembelajaran
2. Menjelaskan tentang model desain pembelajaran yang berorientasi pada kompetensi siswa.C. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:
1. Apakah yang menjadi latar belakang perlunya model pembelajaran DSI-PK sebagai penunjang kurikulum berorientasi pencapaian kompetensi
2. Bagaiman akah kerangka model DSI-PK sebagai hasil dari proses pengembangan

BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang
Yang menjadi latar belakang perlunya model desain sebagai penunjang kurikulum berorientasi pencapaian kompetensi yaitu:
1. Kurikulum berorientasi pada pencapaian kompetensi yang lahir seiring dengan lahirnya berbagai kebijakan pendidikan

Lahirnya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemda; Tap MPR No. IV/MPR/1999 tentang Arah Kebijakan Pendidikan Dimasa Depan; UU No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom; serta UU NO. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Berdasarkan lahirnya berbagai peraturan tersebut implikasinya bahwa kebijakan penyelenggaraan mengalami perubahan sistem pengelolaan pendidikan dari yang bersifat sentralistik ke desentralistik. Dengan kata lain kewenangan pengelolaan
Kurikulum berorientasi pada pencapaian kompetensi yang lahir seiring dengan lahirnya berbagai kebijakan tersebut adalah KBK dan KTSP, kurikulum ini merupakan upaya untuk menyiapakan tadik agar memiliki kemampuan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial yang bermutu tinggi, dengan kompetensi yang dikembangkan adalah keterampilan (life skill yang mencakup: self awarness(kecakapan mengenal diri), thinking skill(kecakapan berpikir rasional), social skill, academic skill dan keahlian bertahan hidup (vocatonal skill ) diberbagai situasi dalam kehidupan.
Dan menurut Drs. H. Erman Suherman, M.Pd. (Jurnal Pendidikan dan Budaya, Vol. 5, No. 2)Kompetensi siswa yang harus dimilki selama proses dan sesudah pembelajaran adalah kemampuan kognitif (pemahaman, penalaran, aplikasi, analisis, observasi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, koneksi, komunikasi, inkuiri, hipotesis, konjektur, generalisasi, kreativitas, pemecahan masalah), kemampuan afektif (pengendalian diri yang mencakup kesadaran diri, pengelolaan suasana hati, pengendalian impulsi, motivasi aktivitas positif, empati), dan kemampuan psikomotorik (sosialisasi dan kepribadian yang mencakup kemampuan argumentasi, presentasi, prilaku). Istilah psikologi kontemporer, kompetensi / kecakapan yang berkaitan dengan kemampuan profesional (akademik, terutama kognitif) disebut dengan hard skill, yang berkontribusi terhadap sukses individu sebesar 40 % . Sedangkan kompetensi lainnya yang berkenaan dengan afektif dan psikomotorik yang berkaitan dengan kemampuan kepribadian, sosialisasi, dan pengendalian diri disebut dengan soft skill, yang berkontribusi sukses individu sebesar 60%.
Namun demikian, setiap daerah memiliki perbedaan dalam berbagai hal, sehinngga dengan kurikulum ini, guru diberi keleluasaan untuk berimprovisasi sesuai karakteristik siswa dan kondisi daerah tersebut.
2. Perbedaan Kurikulum berorientasi pada pencapaian kompetensi dengan kurikulum sebelumnya

Kurikulum berorientasi pada pencapaian kompetensi dengan kurikulum sebelumnya sebernarnya memiliki perbedaan yang mendasar, yaitu:
a. Secara filosois, kurikulum ini menekankan pada tujuan membentuk siswa memiliki kemampuan dasar (competency oriented) sedangkan kurikulum sebelumnya lebih pada hanya menguasai bahan pelajaran (content oriented).
b. Secara psikologis, kurikulum ini berorientasi pada seluruh potensi siswa yang berbeda-beda satu sama lainnya, sedangkan kurikulum sebelumnya justru sebaliknya.
c. Materi pelajaran pada kurikulum ini digunakan untuk mencapai kemampuan yang dimiliki siswa, sedang pada kurikulum sebelumnya lebih sekedar dihafal untuk memperoleh nilai yang tinggi
d. Guru dapat mengembangkan kurikulum ini sesuai karakteristik siswanya, sedangkan kurikulum sebelumnya harus sesuai yang sudah dibuat dimanapun kurikulum itu diterapkan.

3. Makna dan Karakteristik Kurikulum berorientasi pada pencapaian kompetensi

a) Makna Kurikulum berorientasi pada pencapaian kompetensi

Kurikulum berorientasi pada pencapaian kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapaisiswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan (Depdiknas 2002).

Dan kompetensi adalah kata baru dalam bahasa Indonesia yang artinya setara dengan kemampuan atau pangabisa dalam bahasa Sunda. Siswa yang telah memiliki kompetensi mengandung arti bahwa siswa telah memahami, memaknai dan memanfaatkan materi pelajaran yang telah dipelajarinya. Dengan perkataan lain, ia telah bisa melakukan (psikomotorik) sesuatu berdasarkan ilmu yang telah dimilikinya, yang pada tahap selanjutnya menjadi kecakapan hidup kecakapan hidup. Dengan demikian belajar tidak cukup hanya sampai mengetahui dan memahami (Drs. H. Erman Suherman, M.Pd), selanjutnya MCAshan (1981) mengemukakan kompetensi adalah “….a knowledge, skills, an abilities or……”, yang intinya bahwa suatu kompetensi untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanakan tugas tertentu harus didukung oleh pengetahuan, sikap dan apresiasi seseorang. Dengan demikian, kompetensi pada dasarnya merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (Depdiknas 2001).

Dari uraian tersebut jelas bahwa makna dalam Kurikulum berorientasi pada pencapaian kompetensi yaitu:
a. Meaningfull learningsiswa tidak hanya dituntut untuk memahami sejumlah konsep, tapi bagaimana pemahaman konsep tersebut berdampak pada perilaku dan pola pikir sehari-hari
b. Memberi peluang pada siswa sesuai keberagaman yang dimiliki masing-masing.

b) Karakteristik Kurikulum berorientasi pada pencapaian kompetensi
Berdasarkan makna tersebut, Kurikulum berorientasi pada pencapaian kompetensi mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Memuat sejumlah kompetensi dasar yang harus dicapai siswa
b. Implementasi pembelajaran menekankan pada proses pengalaman dengan memperhatikan keberagaman siswa
c. Menekankan evaluasi pada hasil dan proses belajar siswa
Berdasarkan Depdiknas (2002)karakteristik Kurikulum berorientasi pada pencapaian kompetensi yaitu:
a. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa secara individu maupun klasikal
b. Beroriebtasi pada hasil belajar dan keberagaman
c. Penyampaian pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi
d. Sumber belajar tidak hanya guru tapi juga sumber lain yang memenuhi unsur edukatif
e. Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam pencapaian suatu kompetensi

B. MODEL DSI-PK

1. Pengertian Model DSI-PK
Model Desain Sistem Instruksional Berorientasi Pencapaian Kompetensi (DSI-PK) adalah gambaran proses rancangan sistematis tentang pengembangan pembelajaran baik proses maupun bahan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan dalam upaya pencapaian kompetensi.
Menurut Briggs (1979), Desain Sistem Instruksional adalah proses merancang/ merencanakan secara sistematis tentang analisis kebutuhan dan tujuan belajar, merancang pembelajaran dan pemanfaatan berbagai sumber daya dan potensi yang tersedia untuk mencapai tujuan.

2. Prosedur Pengembangan DSI-PK
Prosedur Pengembangan DSI-PK yaitu:
a. Menganalisis Kebutuhanproses penjaringan informasi tentang kompetensi yang dibutuhkan tadik sesuai jenjang pendidikan, yang meliputi; Kebutuhan Akademis
b. (kebutuhan sesuai tuntutan kurikulum yang tergambar disetiap bidang studi), Kebutuhan Nonakademis (kebutuhan diluar kurikulum yang meliputi; kebutuhan personal, kebutuhan sosial, atau mungkin kebutuhan vokasional), yang dijaring dengan berbagai teknik.
c. Menentukan tema atau topik pembelajaran, berdasarkan kebutuhan akademis, nonakademis, atau kedua-duanya, dan kompetensi yang diharapkan disesuaikan dengan topik.
d. Pengembanganproses mengorganisasikan mata pelajaran dan pengembangan proses pembelajaran, yang dilakukan siswa dan guru dalam mencapai kompetensi.
e. Pengembangan alat evaluasiyang memiliki fungsi utama yaitu; evaluasi formatif (untuk melihat sejauh mana efektifitas program yang disusun guru, untuk perbaikan program pembelajaran berikutnya), evaluasi sumatif (untuk memperoleh informasi keberhasilan siswa mencapai kompetensi/ sebagai bahan akuntabilitas guru dalam peelaksanaan pembelajaran)

3. Karakteristik Model DSI-PK
Karakteristik Model DSI-PK yaitu:
a. Model desain yang sederhana dengan tahapan yang jelas dan bersifat praktis
b. Secara jelas menggambarkan langkah-langkah yang harus ditempuh
c. Merupakan pengembangan dari analisis kebutuhan (analisis kebutuhan akademis dan personal sesuai tuntunan sosial kedaerahan)
d. Ditekankan pada penguasaan kompetensi sebagai hasil belajar yang dapat diukur.

4. Kelebihan Model DSI-PK
a. Rancangan pembelajaran model DSI-PK tidak hanya menyangkut rancangan kompetensi akademis sesuai standar isi kurikulum, tapi juga merancang kompetensi nonakademis yang sesuai dengan tuntutan sosial kedaerahan.
b. Kerangka berpikirnya menggunakan pendekatan sistem (menggunakan berbagai hal yang saling berkaitan) untuk mencapai tujuan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan, dapat disimpulkan, bahwa model DSI-PK merupakan salah satu model pengembangan sistem pembelajaran yang berorientasi pada tuntutan sosial kedaerahan dengan mengutamakan sejumlah kompetensi yang dibutuhkan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik dapat survive menjalani kehidupannya.

B. Saran

Untuk dapat melaksanakan kurikulum yang telah dirancang sesuai tujuan pendidikan, yakni kurikulum berorientasi pencapaian kompetensi siswa (KBK/KTSP), sebaiknya diadakan penataran, dan sejenisnya bagi para pendidik, agar lebih dapat menerapkan kurikulum sesuai dengan yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya, Wina . 2008 . Perencanaan dan desain Sistem Pembelajarann. Jakarta : Kencana Prenada Media Grup

Drs. H. Erman Suherman, M.Pd. (Jurnal Pendidikan dan Budaya, Vol. 5, No. 2) http://pkab.wordpress.com/desain/model/pembelajaran
———————
Ditulis Oleh: Tim I (PKS’10)

Categories: kependidikan, makalah | Tag: , , , , , , , , , | Tinggalkan komentar

strategi pembelajaran E-Learning

BAB I

PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang Masalah

Masalah pendidikan merupakan masalah yang selalu saja menjadi pusat perbincangan ketika suatu masalah dihadapkan kepada bagaimana membentuk dan membina para generasi. Banyak para pakar mengemukakan tentang teori pendidikan, dan dalam perjalanannya teori tersebut selalu berkembang sesuai dengan kebutuhan hidup manusia dan tuntutan zaman, walaupun secara mendasar teori tersebut selalu bermuara pada sisi yang sama yaitu transformasi ilmu pengetahuan yang diarahkan pada pembentukan karakteristik kepribadian manusia secara fisik maupun non fisik.

Proses transformasi ilmu pengetahuan dalam prakteknya dibentuk dalam proses pembelajaran yang merupakan sebuah kesengajaan dari suatu interaksi sosial, dimana dalam suatu interaksi edukatif ini haruslah memperhatikan beberapa aspek tujuan pendidikan dan pengajaran. Sehingga interaksi yang terjadi mengandung makna adanya kegiatan interaktif dan hubungan timbal balik antara pengajar yang melaksanakan tugasnya dengan warga belajar atau peserta didik yang sedang melaksanakan kegiatan belajar. Harapan pokok dari interaksi tersebut adalah pihak pengajar mampu memberikan dan mengembangkan motivasi kepada peserta didik agar dapat melakukan kegiatan belajar secara optimal.

Seorang guru yang melakukan tugas mengajar, pada prinsipnya adalah membimbing siswa atau suatu usaha mengorganisasi lingkungan yang menghubungkan siswa dengan bahan pengajaran sehingga menimbulkan proses belajar. Pada pengertian ini, guru merupakan organisator kegiatan belajar siswa dan memanfaatkan lingkungan baik di dalam kelas maupun di luar kelas yang dapat digunakan sebagai penunjang kegiatan pembelajaran. Tuntutan pencapaian kompetensi bagi peserta didik dalam proses belajar mengajar merupakan amanah kurikulum yang harus dipenuhi oleh para guru sebagai manajer di kelas. Oleh karena itu Baca lebih lanjut

Categories: kependidikan, makalah | Tag: , , , , , , , , | Tinggalkan komentar

makalah fisika tentang mata

makalah fisika

2.1  Pengertian Mata

Manusia sebagai salah satu anggota kelas mamalia mempunyai lima macam indra, yaitu indra penglihat, peraba, pembau, pendengar dan pengecap. Dengan memiliki indra tersebut manusia mampu mengenal lingkungannya dan memberikan respons terhadap perubahan – perubahan yang terjadi.

Indra merupakan gerbang bagi tubuh untuk mengenal dunia luar. Selain itu, dengan reseptor–reseptor yang ada pada masing–masing alat indra, manusia mampu mengadakan respons yang dapat dipergunakan sebagai upaya proteksi terhadap gangguan–gangguan dari luar tubuh, indra penglihat manusia adalah mata.

Sebagai alat indra, mata sangat peka terhadap rangsang berupa cahaya. Dengan kepekaan terhadap cahaya inilah mata kita dapat dipergunakan untuk melihat. Kita dapat melihat benda disebabkan adanya cahaya yang mengenai benda dan akan dipantulkan ke mata.

Mata adalah organ penglihatan yang menerima rangsangan berupa cahaya. Mata berbentuk bola, sedikit pipih dari arah depan ke belakang. Mata berfungsi untuk menerima rangsang berupa cahaya.

Mata juga berfungsi Sebagai Alat Optik, karena mata merupakan salah satu contoh alat optik, karena dalam pemakaiannya mata memanfaatkan prinsip kerja alat optik.

2.2  Bagian-Bagian Mata Baca lebih lanjut

Categories: makalah | Tag: , , , , , , , , , , , , | Tinggalkan komentar

Sistem Multi Sensor

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sistem Bersensor Ganda (Sistem Multi Sensor)

Sistem multi sensor merupakan sistem yang menggunakan lebih dari satu chanel sensor dalam interaksinya.

Kegunaan dari sistem multi sensor ini adalah sebagai berikut:

a.       Penggunaan saluran sensor secara bersamaan akan meningkatkan bandwith interaksi antara manusia dan computer.

b.      Membuat interaksi manusia-komputer menjadi seperti interaksi antara amnesia dan lingkungannya.

Contoh : suara , teks, hypertext, animasi, video, gerak isyarat, penglihatan (lewat mata), dan lain-lain. Digunakan dalam berbagai aplikasi yang umumnya bekerja baik untuk pengguna dengan kebutuhan spesial. Dan juga untuk kenyataan buatan (virtual reality).

  1. Usable sensory inputs, Multi modal & multimedia system
  1. Usable Sensory Inputs

Ada lima sensor input yang dimiliki manusia yaitu berkenaan dengan penglihatan (visual), merupakan sensor yang paling utama digunakan dalam komunikasi. Suara (sound) digunakan terbatas pada beberapa interface. Misal, suara “beep” digunakan sebagai “warning”. Pendengaran (hearing), digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga perluasan aplikasi ke interface dapat bermanfaat. Rasa (taste) dan bau (smell) merupakan sensor yang paling sedikit digunakan. Kedua sensor ini lebih digunakan untuk komunikasi. Karena hanya ada sedikit cara mengimplementasikan device yang dapat me-generate keduanya, maka kedua sensor ini tidak dikembangkan.

 

  1. Multi-Modal Dan Multimedia System

Sistem multi-modal dikembangkan untuk mengambil keuntungan atas indra alami manusia. Sistem multi-modal menggunakan lebih dari Baca lebih lanjut

Categories: makalah, Tak Berkategori | Tag: , , | Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.